JAKARTA, KAMIS - Sutradara, produser, sekaligus politikus Eros Djarot mengaku sedang bernostalgia. Kenangan masa lalu itu kini menari-nari lagi di benaknya setelah film yang telah digarapnya sejak 18 tahun lalu, Kantata Takwa, akhirnya dirilis tahun ini. Dalam film tersebut, ia bekerja sama dengan sejumlah seniman dan budayawan, seperti WS Rendra, Iwan Fals, Setiawan Djody, Sawung Jabo, dan Gotot Prakosa. Film tersebut dibuat sejak tahun 1991 hingga 1994.
"Melihat film ini saya merasa bernostalgia. Bukan hanya merindukan orang-orangnya, tapi juga suasana pada saat itu," ungkap Eros seusai peluncuran film Kantata Takwa di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (17/9).
Banyak suka dan duka dalam pembuatan film produksi Ekapraya Tata Cipta Film ini. Namun, semua itu kini terbayarkan ketika Kantata Takwa dapat dirilis tanpa ada satu adegan pun yang dipotong Lembaga Sensor Film.
Sutradara film Tjut Nyak Dien ini cukup khawatir. Pasalnya, film ini syarat akan kritik pemerintahan Orde Baru di bawah rezim Soeharto. "Kesulitan secara teknis pasti ada. Apalagi ketika pita film yang disimpan terlalu lama sudah banyak yang lengket dan hilang, menyebabkan banyak scene yang hilang," ungkap Eros.
Masalah lain tentu saja bagaimana mencocokkan kembali suara dan musik dalam setiap adegan yang cukup rumit. Secara keseluruhan, produksi akhir film Kantata Takwa sepenuhnya dikerjakan di Indonesia.
"Ini produk dalam negeri. Dan ternyata hasilnya tidak jelek-jelek banget. Enggak perlu ke luar negeri untuk proses editing suara. Yang penting kuncinya adalah kreativitas. Jangan karena banyak yang hilang lalu film ini enggak jadi," ucapnya. (C-03/EH)
Sumber: Kompas, Kamis, 18/9/2008
No comments:
Post a Comment